Partai Komunis Tiongkok – Revolusi Kebudayaan

morning_sun.jpg

Propaganda

Banyak pihak memandang sejarah Revolusi Kebudayaan dan Partai Komunis Tiongkok adalah seperti di bawah ini .

I. Mengandalkan Kekerasan dan Teror untuk Merebut dan Mempertahankan Kekuatan
II. Menggunakan Kebohongan untuk Membenarkan Kekerasan
III. Sikap dan Prinsip yang Selalu Berubah
IV. Memusnahkan Sifat Manusiawi dan Mengganti dengan Prinsip Partai
V. Makhluk Jahat yang Menentang Alam dan Menentang Sifat Manusia
VI. Ciri Khas dari Makhluk Kejahatan
VII. Mawas Diri Singkirkan Makhluk Merasuk PKT.
VIII. Segala sesuatu dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah demi kepentingan politiknya untuk dapat meraih, melindungi dan memperkokoh kekuasaan zalimnya. PKT telah menggantikan watak manusia dengan watak partai yang jahat, menggantikan kebudayaan tradisional dengan kebudayaan partai yang “palsu-jahat-agresif”.

IX. Klik disini

Subjektivitas Sejarah

Kesalahan yang terus saja berulang dalam menyikapi sejarah adalah menekankan pada dampak kekerasannya, atau sentimen agama , atau sentimen etnis , yang menimbulkan banyak bias seperti yang tercantum di atas. Kecaman datang dari pihak http://www.erabaru.or.id/k_01_art_85.htm , yang di ketahui bersikap oposisi terhadap PKT. Jadi yang di cari – cari adalah kesalahan PKT hingga ke remah – remah seukuran atom.

Apakah itu dapat dibenarkan? Tiongkok di bawah PKT memang tidaklah seindah taman surgawi , akan tetapi juga tidak seburuk seperti yang di gambarkan pada butir – butir diatas. Inti dari kecaman – kecaman tersebut adalah HAM , Kehidupan Beragama dan Kebudayaan.

Issue HAM

PKT dituduh banyak melakukan pelanggaran HAM. Akan tetapi kita semua tahu bahwa pelanggaran HAM juga di lakukan oleh negara – negara maju. Di masa kolonialisme perbuda Saya ragu apa populasi kaum aborigin di Australia dapat mengimbangi populasi Kangguru misalkan. Jika pemimpin sebuah negara kecil , seperti Noriega dari Panama bisa di “dijemput” kapan saja oleh Amerika Serikat , apalagi rakyat – rakyat sipil yang menjadi target.

Issue Agama

Revolusi Kebudayaan dinilai merusak rumah – rumah ibadah dan mengekang kehidupan umat beragama. Pihak anti-PKT menggunakan issue ini untuk meraih dukungan kaum umat beragama dari seluruh dunia. Juga di sodorkan kasus serupa di Uni Sovyet dalam masa pemerintahan Stalin yang terkenal dengan Gulag.

Bahwa Revolusi Kebudayaan memakan korban jiwa itu benar adanya , akan tetapi yang menjadi korban bukan melulu umat beragama , akan tetapi juga pejabat – pejabat partai , dosen , guru , dan rakyat biasa yang terkena fitnah dalam gejolak politik yang terjadi di Tiongkok yang penuh dengan motif – motif pribadi

Di tahun pertama , 1966, sepertinya pertikaian antar fraksi pengawal2 merah itu belum terjadi, baru pada tahun berikutnya. Yang ada didalam kelompok merah itu sendiri ada sedikit pertikaian , status “berdarah merah” sangat menentukan disini , jadi ada tiga stigma pada saat itu didalam internal kelompok pengawal merah yaitu merah , abu2 dan hitam (anak dari orang tua yang dicurigai antek kapitalisme atau orang kanan), yang hitam biasanya diplonco. Tapi tidak jarang juga pengawal merah itu dimanfaatkan oleh orang berhati bengkok untuk memfitnah atau membalas dendam pribadi. Baru ditahun2 berikutnya, muncul persaingan antar faksi yang menjurus pada civil war kecil2an, yang sepertinya malah dinikmati oleh nyonya Mao sebagai drama lanjutan komunis lawan nasionalis (kubu yang mana? Dia gak bilang) …malah memberi petunjuk pada militer untuk mensupply senjata kepada pengawal merah (lagi2 nyonya Mao tidak jelas memberi petunjuk pihak mana yang harus diberi)…..

Korban Jiwa

Menilai perjuangan bukan dari sekedar jatuhnya korban jiwa, Revolusi Kebudayaan memang brutal , tapi menilai perjuangan itu ibarat melihat seluruh hutan , tidak bisa dinilai dari pohon per pohon. Sebaiknya juga dilihat juga dampaknya bagi China di masa depan seperti yang kita lihat sekarang ini. Perbandingannya di dua abad sebelumnya , Revolusi Prancis yang tersohor itu juga sama2 berbau amis khan? Yang kekerasan ekstremnya baru berakhir setelah “bahan bakar” nya habis seperti yang dikatakan Thomas Carlyle. Kekacauan kelas dengan “Third Class”nya dan juga munculnya “Sang Terror” pasca Revolusi Prancis. Revolusi manapun memiliki kelemahan dan kelebihan , jadi sekali lagi , lihat pengaruhnya terhadap Negara itu di masa sesudahnya.

Great Leap Forward

Tapi ada cerita sebelumnya dari Revolusi Kebudayaan itu , Great Leap Forward yang hiperbola, dan juga kegagalan kebijakan Mao dalam produksi “baja” yang dikerjakan kaum petani, jadi siapa yang bercocok tanam? Karena itu timbul krisis pangan dan kematian massal. Marsekal Peng Dehuai yang berani mengkritik Mao , lantas disingkirkan. Mao berkata bahwa bencana itu akibat 30% system error dan 70% human error , tapi Liu mengkoreksinya dengan 70% system error dan 30% human error. Mao mulai merasa ancaman dari Deng dan Liu dan juga mulai tidak mempercayai kesetiaan partai. Lalu dibelahan dunia lain , timbul pemberontakan kaum intelektual di Hongaria yang untuk sesaat berhasil menumbangkan rejim komunis dukungan Moskow. Terlepas dari ketidaksukaan Mao terhadap Soviet-Nikita Khrushchev, Mao mulai tidak nyaman dengan kaum intelektual dan juga seniman. Kasus Wu Han adalah salah satunya. Dan peristiwa2 itu adalah pendahuluan dari RK(RBKP?).
Mao Ze Dong

Mao memang melakukan beberapa kesalahan, tetapi saya juga setuju bahwa jasa Mao juga cukup besar bagi bangsa China. Kurang lebih Mao seperti juga kaisar Chin Se Huang dua ribu tahun sebelumnya , membuat wilayah kedaulatan China tetap utuh (tidak seperti Eropa) . Masalah kebrutalan adalah ekses dari perjuangan bersenjata yang merupakan konsekuensi dari perjuangan politik di tingkat elite seperti yang dikatakan Mao. Mao seolah berkata , biarkan saja kehancuran terjadi , kelak pembangunan terjadi dengan sendirinya.

Deng Xiao Ping

Deng itu memang luar biasa. Mao walau menganggapnya rival, tapi sengaja membiarkan Deng tetap “hidup” dan Deng tidak harus bernasib tragis seperti Liu. Menurut Mao, bagaimanapun juga China di masa mendatang , memerlukan administrator yang andal seperti Deng sebagai suksesor . Dalam tempo 30 tahun sejak berakhirnya Revolusi Kebudayaan, China telah menjadi kandidat serius Negara adidaya. Dan “taikonot” China telah mensejajarkan diri dengan astronot dan kosmonot Negara lainnya. Dan kini sedang bersiap menyelenggarakan Olimpiade 2008.
Kesimpulan Akhir

Perfeksionis Sistem ?

Tidak ada system ideology yang sempurna , yang ada adalah system terbaik yang sesuai dengan negara yang bersangkutan. Kapitalisme Barat bisa cocok di negara – negara maju , tapi belum tentu cocok untuk negara berkembang. Tiongkok yang sepanjang sejarahnya mengalami pemborosan sumber daya manusia dan alam akibat berlangsungnya perang saudara secara terus menerus. Berapa besar kerugian Tiongkok akibat perang saudara berkesinambungan ini. Oleh karena itu Tiongkok memerlukan sebuah pemerintahan yang kuat dan tegas seperti yang telah di tunjukkan PKT dalam memimpin Tiongkok. Demokrasi yang di serukan negara-negara Barat terhadap Tiongkok , hanya akan membuat Tiongkok kembali terjerumus kedalam perang saudara. Yang di perlukan adalah perubahan secara bertahap, bukan dengan cara mengadopsi segala sesuatu yang sukses di tempat lain dengan cara instant.

Jadi , baik buruknya Revolusi Kebudayaan-tetap memiliki peran penting bagi perjalanan bangsa Tiongkok ke masa depan. Seperti yang di katakan Mao “, biarkan saja kehancuran terjadi , kelak pembangunan terjadi dengan sendirinya”. Revolusi Kebudayaan seperti usaha membakar ladang dengan tuntas , dan Deng sebagai suksesor Mao , tinggal menanami ladang yang telah terbakar dan mengantar Tiongkok menuju lompatan raksasa seperti yang pernah direnungkan olen Napoleon.

Pihak – pihak yang hanya pandai mencari – cari kesalahan PKT dan Tiongkok dan menutup mata atas keberhasilan Tiongkok adalah pihak yang senang memperkeruh suasana .

6 thoughts on “Partai Komunis Tiongkok – Revolusi Kebudayaan

  1. kepada
    kawan seperjuangan yang hidup di kawasan “TANPA TUHAN”

    kapitalisssssssssssssssss musuh bersama!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!kapitalis telah mati sebelum kelahirannya. komunis adalah bayi prematur sosialis,sosilis yang terburu-buru.aku yakin mark pun tak menyangka bolsevik melakukan revolusi yang sesar.saatnya revolusi islam…….!

  2. saya sih melihat tidak ada sistem yang sempurna baik itu kapitalis , sosialis , komunis , dan yang lainnya. Karena ukuran segala sesuatu adalah manusia , maka sumber permasalahan segala sesuatu juga berasal dari manusia.
    Jadi tempat yang ideal adalah kawasan “TANPA MANUSIA”

  3. Yup…apalagi kalo kawan-kawan udah baca bukunya keluaran hasta mitra tentang Zhou En Lai. Kalian pasti mendapat perspektif yang berbeda tentang Mao Zedong, Revolusi Budaya, dan lain sebagainya.

    Propaganda borjuis memang kejam bung….akan tetapi sosialisme harus terwujud…Dan RRT telah menemukan sosialismenya sendiri…

  4. Berdasarkan hasil penelitian WIM F WERTHEM dalam bukunya ” THIRD WORLD WHENCE AND WITHERE” ternyata selama revolusi kebudayaan itu , China berhasil meningkatkan produksi pertanian tertinggi. Juga mampu membangun infrastructure pertanian yang tangguh, yang meliputi irigasi, industri pupuk, baja ,permesinan dan lain sebagainya. Andaikan tidak ada revolusi kebudayaan maka china akan selalu berhadapan dengan masalah kelaparan yang parah. Selama revolusi kebudayaan mesin politik komunis berkeja efektif untuk meredam segala pemikiran kanan dan mengarahkan semua potensi rakyat kepada satu titik , yaitu membangun landasan yang kokoh untuk lompatan china jauh kedepan.

    Deng , yang tampil sebagai proses suksesi dari Mao hanya meneruskan program pembangunan china. Deng , melesat dengan system sosialis kapitalis yang tidak mengalami distorsi terhadap komunisme karena landasan ekonomi sosialis yang berbasis kepada petani dan buruh china sudah tangguh semasa Mao. Justru semasa Deng, petani dan buruh mendapatkan berkah dari kompetisi pasar yang membutuhkan lapangan kerja dan komoditas pertanian. Keunggulan mereka yang mapan dan etos kerja yang punya value telah membuat mereka punya bargain dihadapan pasar. Beda dengan kita yang mengutamakan industri berjuis tampil didepan dengan petani sebagai pengekor,malah yang terjadi adalah petani tekor dan selalu diekor.

    Setidaknya , Revolusi Kebudayaan China mengajarkan kepada sejarah bahwa mengelola komunitas rakyat membutuhkan strategi yang tepat dan tegas. Terlalu mahal harganya bila setiap kebijakan yang mengutamakan “HAM” hanya berputar putar ditangan elite yang tak berpihak kepada rakyat lemah. Justru kebijakan yang katanya bernilai “HAM ” dan demokrasi itu telah menghasilkan gerombolan berjuis yang menghisap darah rakyat secara systematis.APakah ini tidak lebih dahsyat daripada korban segelintir elite yang dibantai karena sebuah revolusi tegas yang membela mayoritas populasi?

    Hidup menyangkut soal pilihan dan setiap pilihan tidak ada yang sempurna. Karena itulah kelemahan manusia. Tapi kita dituntut untuk memilih yang buruk diatara yang terburuk untuk mendapatkan yang terbaik diantara yang baik.Membiarkan gerombolan elite kapitalis hidup manja diruang parlemen dengan berbagai facilitas mewah adalah pilihan terburuk diantara yang buruk , ditengah situasi keadilan bagi rakyat banyak terabaikan.

    • comment yang baik dari bang “jeli”
      ini notification wordpress ke email saya kok rada ngaco yah , sehingga saya baru sadar ada comment anda , sekarang.

      Korban memang berjatuhan selama revolusi. Tetapi karena ukuran RRT yang serba raksasa, termasuk dari segi populasi, maka kesan kebrutalannya tampak begitu gigantic. Di negri kita yang selama ini mengekor pada sumber-sumber barat melihatnya hanya dari segi “kebrutalannya” saja. Tanpa memandang sikon yang ada pada masa itu. sikon perang dingin , sikon RRT yang terpojok dikurung USA dari semenanjung Korea , Jepang , Filipina , Vietnam (nyaris) , hingga India dan Tibet. Dan juga konteks sejarah panjang bangsa Tiongkok yang mudah tercerai berai dan sering terjadi perang saudara. Jadi persatuan bangsa menjadi hal yg paling utama ketimbang HAM dan demokrasi yang selalu dinyanyikan di negara2 barat. Padahal dengan hipokritnya senang mengobok2 negara lain.

      Jadi saya sepakat dengan anda , mengelola komunitas rakyat membutuhkan strategi yang tepat dan tegas tanpa perlu mengekor trend dari negara2 kuat. Jadinya negara kita secara premature mengadopsi demokrasi dan terjebak pada ilusi HAM. Demokrasi yang terlalu di paksakan bagi mayoritas penduduk yang mudah goyah hanya oleh sebuah nasi bungkus , serangan fajar dengan nilai rupiah yang ala kadarnya , dan tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah .

      Negara kita yang alamnya kaya ini mustinya menempatkan sektor pertanian dan perikanan sebagai ujung tombak. bukan terburu2 melompat ke sektor industri , dimana secara teknologi kita cuman konsumen setia , bukan pencipta teknologi2 tinggi.

  5. Ada saatnya ketika pendekatan penyelesaian persoalan bisa dilakukan dengan damai / persuasif, tapi ada saat saat dimana karena ketergesaan keadaan kita perlu menempuh represi / shock therapy. Sepanjang dua pemikiran tersebut tetap berlandaskan atas nama DEMI KESEJATIAN KESEJAHTERAAN ORANG BANYAK ..
    Tapi satu hal yang pasti … gak pernah ada yang namanya kapitalis yang baik hati. Dalam bentuk apapun. Grant, funding, CSR, Sponsor dst dst. Para pemilik modal hanya punya satu keyakinan atau agama tunggal dalam dirinya. Laba sebesar besarnya. Moral halalnya hanya satu. Tujuan meraih laba menhalalkan semua cara. Bahkan ketika tidak harus memberi hormat kepada seluruh aspek H.A.M.

    itu aja!

Leave a reply to ady Cancel reply