Politik Dinasti

Untuk saat ini , jaman dulu dan sekarang di indonesia , idol2an masih memegang peranan penting, ….ini masih menjadi tantangan bagi demokrasi di negara kita ini , yang menurut saya terlalu dini (daripada tidak ada sama sekali) bagi rakyat yang tingkat pendidikannya masih kurang. Apalagi untuk mengakses informasi , internet , surat kabar , jadi gak heran selama kondisi masyarakat seperti ini , tapi di paksa ikut dalam pesta demokrasi , yah balik lagi , balik lagi ke klan2 tertentu.

Mega tidak mendadak besar kalau tidak larena nama besar pemimpin besar kita , yaitu sukarno.

Dan PDI-P mendadak jadi besar (lebih besar dari induknya PDI ) dan menjadi pemenang Pemilu pasca orba, bukan oleh sistem yang sudah terbangun mapan , tetapi lagi2 oleh nama besar Mega, yang tentunya nama besar Sukarno juga. Demokrat pun di pemilu sebelumnya , bisa melejit hanya karena popularitas SBY. (tanpa SBY , demokrat mau jadi apa ? Gerindra tanpa Prabowo mau jadi apa?)

Jadi saya tetap berpegang pada tidak pro-kontra terhadap kubu capres manapun. (saya hanya pro gus dur) , jadi berusaha netral saja deh.

Point anda saya setujui , kepemimpinan Indonesia harus terbuka lebar , dengan demikian Indonesia akan mendapat pemimpin terbaik , bukan pemimpin (yang daripada tidak ada sama sekali yg di sodorkan, akhirnya “terpaksa” di pilih).

Disisi lainnya , tidak menampik bahwa keturunan pemimpin berpotensi menjadi pemimpin lagi , setidaknya dari lahir mereka sudah berada pada lingkungan tersebut. Seperti klan Bush , klan kennedy yang tragis .

Potensi politik dinasti baru kentara jika si bapak di lanjutkan oleh anak , Karena dinasti itu berarti kecenderungan pada KONTINUITAS kepemimpinan , seperti Kim Il Sung terhadap Kim Jong Il dan Chiang Kai Sek terhadap Chiang Ching Kuo

Kalau kebetulan kandidat terbaik berasal dari klan lama , why not. Asal jangan menjadi kecenderungan aji mumpung deh , mumpung berkuasa , lantas menebar kroni2 dan keluarga2 di posisi penting.

Leave a comment